Thursday, 23 January 2020

Lebih Cerdik Indeks Integritas Ujian Nasional / Un Sma Dan Sederajat Tahun 2016 Meningkat

Sahabat Edukasi yang berbagia...

Pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan termasuk nilai hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/SMK dan sederajat telah diumumkan oleh masing-masing sekolah penyelenggara ujian nasional pada hari Sabtu, 7 Mei 2016 yang lalu.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada skala nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengumumkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2016 untuk Sekolah Menengan Atas dan Sederajad secara umum mengalami peningkatan.


“Rata-rata Indeks Integritas UN Sekolah Menengan Atas tahun 2016 ini yakni 64,05. Ini lebih tinggi dari IIUN Sekolah Menengan Atas tahun 2015, yaitu 61,98. Makara ada peningkatan 2,06 poin. Ini memperlihatkan ada perubahan sikap pada bawah umur Sekolah Menengan Atas kita, bahwa praktik Ujian Nasional semakin baik, yakni dilaksanakan dengan semakin jujur,” kata Mendikbud Anies Baswedan di Jakarta, Senin (9/5).

Pada pelaksanaan UN Sekolah Menengan Atas dan Sederajat 2016 ini sebanyak 19.952 sekolah menjalani UN, dan 1.297 di antaranya memakai UNBK (UN Berbasis Komputer) dan selebihnya memakai UNKP (Ujian Nasional Kertas Pensil). Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) Sekolah Menengan Atas rata-rata dihimpun dari seluruh sekolah yang memakai UNKP.

Sementara itu terjadi penurunan signifikan sekolah-sekolah yang sebelumnya menempati kuadran 4, yakni yang nilai UN tinggi, namun IIUN rendah. Bila pada pelaksanaan UN tahun  2015 sekolah Sekolah Menengan Atas yang masuk di kuadran 4 sebanyak 56,6% (7.041 sekolah), maka pada UN 2016 turun signifikan menjadi 41,7% (4.880 sekolah).

Sementara sekolah-sekolah di kuadran 2, yakni yang nilai UN rendah, namun IIUN tinggi  meningkat dari UN 2015 sebanyak 7,5% (935 sekolah) menjadi 8,3% (973 sekolah) pada UN 2016, “Ini memperlihatkan praktik kecurangan UN yang sistemik di sekolah-sekolah menurun secara signifikan,” kata Anies.

Mendikbud Anies Baswedan mengapresiasi para kepala tempat yang secara serius memperlihatkan tekad mewujudkan UN di daerahnya dilaksanakan dengan jujur. “Saya kira patut kita apresiasi para kepala tempat yang secara terang memperlihatkan sikap untuk mengkahiri praktik kecurangan dalam Ujian Nasional. Tidak ada lagi subsidi jawaban,” ujar Anies Baswedan.

Para siswa penerima Ujian Nasional tahun 2016 pada jenjang SMA/SMK/MA/sederajad Sabtu (7/5) kemudian telah mendapatkan hasil UN bersama dengan pengumuman kelulusan dari sekolah. Namun perlu diingat bahwa semenjak tahun 2015 Ujian Nasional tidak menghipnotis kelulusan. “Sehingga tidak ada istilah tidak lulus UN. Kelulusan siswa sepenuhnya ditentukan oleh masing-masing sekolah melalui rapat dewan guru,” kata Anies Baswedan.

Nilai UN Sekolah Menengan Atas dan Sederajat Tahun 2016

Nilai hasil UN diolah dari 1.708.367 siswa SMA, 1.276.245 siswa SMK, 1.435 siswa SMALB, dan 258.921 penerima paket C. Pengolahan hasil UN tidak hanya menawarkan nilai capaian untuk tiap mata pelajaran yang diujikan tetapi juga tingkat kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional yang dinyatakan dalam Indeks Integritas pelaksanaan Ujian Nasional (IIUN).

Capaian rata-rata nilai UN 2016 untuk jenjang Sekolah Menengan Atas dan sederajad mengalami penurunan dibanding tahun 2015. Rata-rata nilai UN Sekolah Menengan Atas 2015 yakni 61,93 dan rata-rata nilai UN Sekolah Menengan Atas 2016 yakni 55,3 atau mengalami penurunan 6,9 poin.

Penurunan tersebut dikarenakan banyak sekali faktor. Pertama, semakin meningkatnya kejujuran dalam pelaksanaan UN dan semakin banyak pula sekolah yang memakai UNBK yang menyebabkan kecurangan tidak lagi terjadi. Penggunaan UNBK meningkatkan kejujuran, meskipun capaian siswa menjadi berkurang (penurunan nilai sekolah yang memakai UNBK lebih tinggi dibanding UNKP).
Kedua, dengan tidak digunakannya hasil UN dalam memilih kelulusan siswa, keseriusan siswa dan guru dalam menyiapkan diri menghadapi ujian nasional mungkin juga berkurang.

Faktor yang tidak kalah penting yakni bentuk kisi-kisi UN tahun 2016 yang tidak lagi berupa indikator soal yang rinci. Dengan kisi-kisi yang tidak rinci maka bentuk soal ujian tidak lagi sanggup ditebak oleh bimbingan berguru atau latihan soal intensif  (drilling) yang cenderung menyempitkan kurikulum.

Selain itu, dalam UN 2016 jumlah soal dengan ketrampilan berpikir orde tinggi juga ditingkatkan sampai mencapai 10%.

Perubahan-perubahan tersebut dilakukan berdasar masukan-masukan, kritik dan saran perbaikan Ujian Nasional yang diterima dari banyak sekali kalangan pendidik maupun pemerhati pendidikan,” ujar Anies. Perubahan tersebut juga merupakan bab dari reformasi evaluasi yang terus dilakukan untuk lebih mendorong siswa dan guru melaksanakan pembelajaran yang sejalan dengan kebutuhan kompetensi kala 21.

No comments:

Post a Comment