Sunday, 24 March 2019
Jadi Bakir Tugas Guru Sebagai Evaluator Dalam Pembelajaran
Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau gosip wacana keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan kiprahnya sebagai evaluator. Pertama, untuk memilih keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau memilih keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk memilih keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
1. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Siswa
Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa, penilaian memegang peranan yang sangat penting. Sebab melalui penilaian guru sanggup memilih apakah siswa yang diajarnya sudah mempunyai kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan aktivitas pembelajaran baru, atau malah sebaliknya siswa belum sanggup mencapai standar minimal sehingga mereka perlu diberikan aktivitas remidial.
Sering guru beranggapan bahwa penilaian sama dengan melaksanakan tes, artinya guru telah melaksanakan penilaian manakala ia telah melaksanakan tes. Hal ini tentu kurang tepat, alasannya yakni penilaian yakni suatu proses untuk memilih nilai atau makna tertentu pada sesuatu yang dievaluasi. Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang sanggup dilakukan untuk memilih makna tersebut. Misalnya Si 'A' dikatakan menguasai seluruh aktivitas pembelajaran menurut hasil rangkaian penilaian misalnya, menurut hasil tes, ia memperoleh skor yang bagus, menurut hasil observasi ia telah sanggup menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari, menurut hasil wawancara ia benar-benar tidak mengalami kesulitan wacana materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan rangkaian proses penilaian akhirnya guru sanggup memilih bahwa Si 'A' pantas diberi aktivitas pembelajaran baru. Sebaliknya, walaupun menurut hasil tes Si 'B' telah sanggup menguasai kompetensi menyerupai yang diharapkan, akan tetapi menurut hasil wawancara dan observasi, ia tidak menawarkan perubahan sikap yang signifikan contohnya dalam kemampuan berpikir, maka sanggup saja guru memilih bahwa proses pembelajaran dianggap belum berhasil.
Kelemahan yang sering terjadi sehubungan dengan pelaksanaan penilaian selama ini yakni guru dalam memilih keberhasilan siswa terbatas pada hasil tes yang biasa dilakukan secara tertulis, akhirnya target pembelajaran hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi soal-soal yang biasa keluar dalam tes.
Di samping itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, penilaian itu juga sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap hasil berguru akan tetapi juga proses belajar. Hal ini sangat penting alasannya yakni penilaian terhadap proses berguru intinya penilaian terhadap keterampilan intelektual secara nyata.
2. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Guru
Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk siswa akan tetapi sanggup dipakai untuk menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil penilaian apakah guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan atau belum, apa sajakah yang perlu diperbaiki. Evaluasi untuk memilih keberhasilan guru, tentu saja tidak sekomplek untuk menilai keberhasilan siswa baik dilihat dari aspek waktu pelaksanaan maupun dilihat dari aspek pelaksanaan. Biasanya penilaian ini dilakukan sesudah proses pembelajaran berakhir atau yang biasa disebut dengan posttes.
Labels:
Motivasi,
Pembelajaran,
Referensi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment