Monday, 18 November 2019

Lebih Cendekia Karya Ilmiah Guru “Penerapan Pendidikan Abjad Pada Siswa Dalam Menumbuhkan Langsung Yang Berakhlakul Karimah” Oleh Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pemahaman guru terhadap karakteristik penerima didik ini memperlihatkan citra bagi para guru, dari sisi mana potensi penerima didik, kelemahannya sanggup dibantu atau ditumbuhkan dan kelebihan apa yang perlu menerima perhatian untuk dikembangkan. Potensi yaitu kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang.

Potensi penerima didik yaitu kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang bekerjasama dengan sumber daya insan yang mempunyai kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri penerima didik. Setiap penerima didik yaitu individu yang unik. Unik alasannya yaitu mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Moral merupakan aspek sikap atau sikap yang sering ditunjukkan penerima didik dari fatwa wacana baik, jelek yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, kebijaksanaan pekerti, susila. sebagai pola prilaku jelek penerima didik yaitu tidak menghargai guru, membuat onar dikelas, sering ribut dengan teman, suka berantem, mengganggu sahabat ketika sedang belajar, usil dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk bermoral baik, ditunjukkan sikap sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur ibarat hormat pada yang bau tanah lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik jelek dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.


Seorang guru yaitu panutan dan pola yang realalita kasatmata dilihat dan diperhatikan tingkah lakunya, mulai dari berjalan, bertutur kata, bahkan marahnya pun diperhatikan oleh penerima didik ibarat Akronim GURU tingkah lakunya harus di gugu dan di tiru. Dengan kata lain ke mana dan di manapun kita berada sejatinya guru harus mempunyai kepribadian yang sopan, santun, dan sebisa mungkin dijadikan cermin bagi penerima didiknya.

2. Tujuan

Dengan menerapkan pendidikan aksara pada siswa diharapkan:

Bertingkah laris sesuai dengan usianya, berkepribadian yang menjunjung nilai moral, sopan dan santun, mengasihi dan menghargai teman, menghormati guru, menghormati yang lebih bau tanah dan mengasihi yang lebih muda.

3. Ruang Lingkup Tulisan

Ruang lingkup dalam goresan pena ini dibatasi dalam 3 hal yaitu:

a. Lingkup keluarga

Merupakan wahana pembelajaran dan adaptasi nilai-nilai kebaikan yang dilakukan oleh orang bau tanah dan orang cukup umur lain di keluarga. Sehingga melahirkan anggota keluarga yang berkarakter.

b. Lingkup satuan pendidikan

Merupakan wahana pembinaan dan pengembangan aksara yang dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
     Pengintegrasian pada semua mata pelajaran
     Pengembangan budaya sekolah
     Melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler
     Pembiasaan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah

B. Tinjauan Pustaka


Menurut Suyatno Pendidikan aksara yaitu cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

Menurut Kertajaya Pendidikan aksara yaitu ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut yaitu orisinil dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Menurut Thomas Lickona Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang inti.
Kesimpulan yang di padukan dari para mahir diatas bahwa Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang dalam membuatkan potensi untuk memahami dirinya sehingga sanggup berfikir  berprilaku, bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, bangsa maupun Negara.

C. Tujuan Penelitian

Membentuk kepribadian siswa lebih baik dan berkarakter sehingga sanggup membuatkan potensi dirinya jauh lebih baik dan berahlakul karimah.

D. Metode Penelitian

Pendidikan aksara sanggup dilakukan dengan banyak sekali pendekatan dan sanggup berupa banyak sekali kegiatan yang dilakukan secara intra kurikuler maupun ekstra kurikuler.Kegiatan intra kurikuler terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam pelajaran.

Strategi dalam pendidikan aksara sanggup dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut.:   
      
    Keteladanan
    Penanaman kedisiplinan
    Pembiasaan
    Menciptakan suasana yang konduksif

1)   Keteladanan     

Keteladanan mempunyai bantuan yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan guru dalam banyak sekali aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh alasannya yaitu itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak contohnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya.

Sebagaimana telah dikemukakan, yang menjadi problem yaitu bagaimana menjadi sosok guru yang bisa diteladani, alasannya yaitu semoga bisa diteladani dibutuhkan banyak sekali upaya semoga seorang guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga ia memang patut dicontoh siswanya. Memberi pola atau memberi teladan merupakan suatu tindakan yang gampang dilakukan guru, tetapi untuk menjadi pola atau menjadi teladan tidaklah mudah.

Keteladanan lebih mengedepankan aspek sikap dalam bentuk tindakan kasatmata daripada sekedar berbicara tanpa aksi.Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukannya ke arah hal itu.

2) Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan  

Disiplin pada hakikatnya yaitu suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan kiprah kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya berdasarkan aturan-aturan atau tata kelakuan yangseharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu.Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laris yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laris yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter.Banyak orang sukses alasannya yaitu menegakkan kedisiplinan.Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil alasannya yaitu kurang atau tidak disiplin.Banyak jadwal yang telah ditetapkan tidak sanggup berjalan alasannya yaitu kurang disiplin.

Kita masih sering terlambat alasannya yaitu sering tidak bisa menepati waktu.Oleh alasannya yaitu itu, betapa pentingnya menegakkan disiplin semoga sesuatu yang diinginkan sanggup tercapai dengan sempurna waktu.Dengandemikian, penegakan kedisiplinan merupakan salah satu taktik dalam membangun aksara seseorang. Jika penegakan disiplin sanggup dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka lama-kelamaan akan menjadi habit atau kebiasaan yang positif.

Menanamkan prinsip semoga penerima didik mempunyai pendirian yang kokoh merupakan potongan yang sangat penting dari taktik menegakkan disiplin.Dengan demikian, penegakan disiplin sanggup juga diarahkan pada penanaman nasionalisme, cinta taha air, dan lain-lain.
Banyak cara dalam menegakkan kedisiplinan, terutama di sekolah. Misalnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, guru selalu memanfaatkan pada ketika perjalanan dari sekolah menuju lapangan olahraga, murid diminta berbaris secara rapi dan tertib, sehingga tampak kompak dan menarik bila dibandingkan dengan berjalan sendiri-sendiri. Jika hal ini sanggup dilakukan, makapengguna jalan akan menghormati dan mempersilahkan bejalan lebih dahulu, bahkan sanggup mengurangi resiko keamanan yang tidak diinginkan. Nilai-nilai yang sanggup dipetik antara lain kebersamaan, kekompakan, kerapian, ketertiban, dan lain-lain.

Kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan investigasi kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti upacara sanggup dipakai sebagai upaya penegakan kedisiplinan.

Guru sebagai teladan harus tiba pagi dan tidak terlambat. Begitu tiba di sekolah, guru sudah berdiri di depan pintu dan menyambut bawah umur yang tiba dengan menyalaminya.

3) Pembiasaan

Pembiasaa berbaris sebelum memasuki ruang kelas, berdoa sebelum dan setelah belajar, sepuluh menit gerakan membaca, mengangkat tangan apabila akan bertanya atau meminta izin kebelakang, mentaati tata tertib, meminta maaf apabila melaksanakan kesalahan, bertutur kata dengan sopan yaitu beberapa pola adaptasi yang apabila dilakukan akan berdampak lebih baik dan menunjang pembentukan aksara siswa.

4) Menciptakan suasana kondusif

Dalam proses mencar ilmu mengajar suasana aman yaitu dambaan setiap pendidik, alasannya yaitu akan membuat ketercapaian tujuan mengajar atau mendidik, nilai plus yang akan diterima baik oleh siswa ataupun pendidik, suasana yang nyaman tidak mengakibatkan keonaran, kejenuhan, ataupun tidak termotivasinya siswa untuk mencar ilmu yaitu hal-hal yang harus di luruskan oleh seorang pendidik. Itulah pentingnya penerapan pendidikan aksara yang di masukan pada setiap mata pelajaran semoga pembelajaran menerap pada setiap hati penerima didik yang akan menjadi generasi yang mempunyai aksara yang baik sesuai dengan keinginan agama dan bangsa.

E. Hasil Pembahasan

Pendidikan yaitu suatu perjuangan sadar dan sistematis dalam membuatkan potensi penerima didik. Menurut wikipedia Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan disini ditujukan kepada siswa sekolah dasar, sebagai bekal kelak supaya berkpribadian baik dan berakhlakul karimah.

Karakter atau watak yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, kebijaksanaan pekerti, dan watak yang dimiliki insan atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi aksara yaitu nilai-nilai yang khas, baik watak, budpekerti atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi banyak sekali kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laris dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pendidikan Karakter yaitu perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan penerima didik guna membangun aksara langsung atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.

Satuan pendidikan bahwasanya selama ini sudah membuatkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk aksara melalui jadwal operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan aksara pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada ketika ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan aksara telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta TanahAir,Menghargai Prestasi,  Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial  Tanggung Jawab, Religius. (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.)

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk aksara bangsa, namun satuan pendidikan sanggup memilih prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis aksara yang dipilih tentu akan sanggup berbeda antara satu kawasan atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara banyak sekali nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya sanggup dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan gampang dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

Pendidikan aksara yaitu pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan aksara yang dirumuskan oleh seorang penggagas pendidikan aksara dari Jerman yang berjulukan FW Foerster:

1.   Pendidikan aksara menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2.   Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi langsung yang teguh pendirian dan tidak gampang terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3.   Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan hukum dari luar hingga menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik bisa mengambil keputusan sanggup berdiri diatas kaki sendiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4.   Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan yaitu daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas kesepakatan yang dipilih.

Pendidikan aksara penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan aksara akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan aksara berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial ibarat toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan aksara akan melahirkan langsung unggul yang tidak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun mempunyai aksara yang bisa mewujudkan kesuksesan.

F. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan aksara hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

G. Daftar Rujukan

ü Dorothy Law Nolte, Dryden dan Vos, Revolusi Cara Belajar.Terjemahan word Translation service.(Bandung:Kaifa,2000)
ü Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv.  Alfabeta, 2012)
ü M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban      Bangsa,(Kadipiro Surakarta,2010)
ü Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter,(Bandung:    PT Remaja Rosdakarya 2014)

Penulis : Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd. (Guru SDN Kebonsari I Cilegon)

Ingin mengirimkan goresan pena karya orisinil Anda untuk dimuat di Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com

No comments:

Post a Comment