Tuesday, 16 February 2021

Lebih Bakir Orangtua Penentu Sukses Pendidikan Anak – Mendikbud, “Orangtua Paling Tidak Siap Jikalau Berbicara Wacana Pendidikan Anaknya”

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, orangtua menjadi penentu sukses tidaknya anak, namun kalau bicara kesiapan orangtua dalam mendidik anaknya tentu saja paling tidak siap. "Orangtua paling tidak siap kalau berbicara pendidikan anaknya," kata Anies Baswedan pada Dzikir Nasional yang ke-13 di Masjiod At Tin Jakarta Timur, Kamis malam.

Hadir pada program tersebut Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies Baswedan, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, AM Fatwa, KH Yusuf Mansur, Muzamil Basyuni, Wakil Ketua 1 Pelaksana Harian Masjid At-Tin,HM. Sutria Tubagus dan sejumlah tokoh agama lainnya.

Ribuan umat Muslim memenuhi masjid At Tin semenjak shalat magrib. Acara dzikir dimulai usai shalat Isya. Sebelum program dibuka, program diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran. Ia mengatakan, pendidikan bagi seorang anak tidak sekedar melahirkan kepandaian. Tetapi muaranya yakni menghasilkan anak berakhlak mulia. Untuk mencapai anak yang berakhlak mulia itu tidak melulu harus lewat lisan, goresan pena tetapi lebih penting yakni melalui keteladanan orangtua.

Anies menyebut pola barang dan peralatan bawaan jemaah masjid At Tin yang diminta oleh panitia penyelenggara biar ditempatkan di muka atau di hadapan jemaah. Maksudnya, biar barang bawaan jemaah tidak diambil atau berpindah tangan kepada pihak yang tak bertanggung jawab. Dengan kata lain, untuk menghindari copet.

Mengapa hal itu hingga diumumkan. Tidak lain alasannya yakni ketidakjujuran dan merosotnya ahlak belakangan ini sudah menjadi keprihatinan banyak sekali pihak. Dan, dalam program dzikir nasional yang dikaitkan pula dengan pergantian tahun baru, menurutn dia, sudah sepantasnya semua pihak melaksanakan perenungan, introspeksi atau melaksanakan koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan diri sendiri. Mawas diri sangat diperlukan. Untuk itu, kembali pada pendidikan yang menjadi peranan.

"Sudahkah kita menghasilkan anak terdidik. Berakhlak mulia dan jujur," tanya Anies.

Mendidik anak berakhlak mulia, khususnya yang berkaitan bersahabat dengan kejujujran, berdasarkan dia, tidak dibutuhkan terori yang muluk atau rumit. Conth yang simpel, kalau anak pada ketika puasa di bulan Ramadhan bermain bola kemudian kembali ke rumah minta minum pada orangtuanya. Orangtua harus memposisikan bersikap bijak. Dengan mengatakan, misalnya, boleh minum namun pada puasan hari berikutnya diingatkan anak bersangkutan tak lagi bermain bola.

Anak yang terus terperinci minta izin minum tadi, berdasarkan Anies, pertanda diri sebagai orang jujur. Hal itu harus diapresiasi. Padahal, kalau si anak mau minum tanpa minta izin orangtua pun sanggup dilakukan ketika itu juga.

"Jika saja setiap rumah sudah menghasilkan anak jujur, ke depan, bangsa Indonesia akan jujur dimana pun bermukim. Negeri ini sanggup melahirkan orang jujur," kata Anies lagi.Terkait dengan dzikir nasional, ia berharap sanggup mengubah kebiasaan orang yang menyambut tahun gres dengan hura-hura, dan diganti dengan acara bernuansan Islami. (Pewarta: Edy Supriatna Sjafei, Editor: Tasrief Tarmizi)

Sumber gambar & artikel : Antara News

No comments:

Post a Comment