Sunday, 24 March 2019

Jadi Akil Seni Administrasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling


Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan kosneling terkait dengan keempat komponen kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Yakni: layanan dasar bimbingan, Strategi untuk Layanan Responsif, Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual, dan Strategi untuk Dukungan Sistem.

Strategi pelasanaan bagi masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut.

1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan


a. Bimbingan Klasikal


Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan di atas, bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran kegiatan yang telah dirancang menuntut konselor untuk melaksanakan kontak pribadi dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor menunjukkan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan isu ihwal banyak sekali hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa.

Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga mempunyai pengetahuan yang utuh ihwal sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan ihwal banyak sekali hal yang terkait dengan sekolah, menyerupai : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan kemudahan sekolah lainnya.

Sementara layanan isu merupakan proses pemberian yang diberikan kepada para siswa ihwal banyak sekali aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak pribadi (melalui media cetak maupun elektronik, menyerupai : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan isu untuk bimbingan klasikal sanggup mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara niscaya untuk semua kelas.

b. Bimbingan Kelompok


Konselor menunjukkan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang di diskusikan dalam bimbingan kelompok ini, ialah duduk kasus yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, menyerupai : cara-cara mencar ilmu yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk menyebarkan keterampilan atau sikap gres yang lebih efektif dan produktif.

c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas


Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh isu ihwal siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan duduk kasus siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang sanggup dilakukan oleh guru mata pelajaran.

Aspek-aspek itu di antaranya :

  • menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang aman bagi mencar ilmu siswa;
  • memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam;
  • menandai siswa yang diduga bermasalah;
  • membantu siswa yang mengalami kesulitan mencar ilmu melalui kegiatan remedial teaching;
  • mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing;
  • memberikan isu ihwal kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa;
  • memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga sanggup menunjukkan isu yang luas kepada siswa ihwal dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
  • menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, alasannya ialah guru merupakan "figur central" bagi siswa); dan
  • memberikan isu ihwal cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua


Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran kegiatan bimbingan, konselor perlu melaksanakan kerjasama dengan para orang bau tanah siswa. Kerjasama ini penting semoga proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang bau tanah di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling menunjukkan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang bau tanah dalam upaya menyebarkan potensi siswa atau memecahkan duduk kasus yang mungkin dihadapi siswa.

Untuk melaksanakan kerjasama dengan orang bau tanah ini, sanggup dilakukan beberapa upaya, menyerupai :

  • kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang bau tanah untuk tiba ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya sanggup bersamaan dengan pembagian rapor,
  • sekolah menunjukkan isu kepada orang bau tanah (melalui surat) ihwal kemajuan mencar ilmu atau duduk kasus siswa, dan
  • orang bau tanah diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan mencar ilmu dan sikap sehari-harinya.

2. Strategi untuk Layanan Responsif


a. Konsultasi


Konselor menunjukkan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam menunjukkan bimbingan kepada para siswa.

b. Konseling Individual atau Kelompok


Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami kendala dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, inovasi alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini sanggup dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan duduk kasus yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling menunjukkan masukan atau pendapat untuk memecahkan duduk kasus tersebut.

c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)


Apabila konselor merasa kurang mempunyai kemampuan untuk menangani duduk kasus klien, maka sebaiknya ia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, menyerupai psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal ialah mereka yang mempunyai masalah, menyerupai depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.

d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)


Bimbingan sobat sebaya ini ialah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan duduk kasus yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu ia juga berfungsi sebagai perantara yang membantu konselor dengan cara menunjukkan isu ihwal kondisi, perkembangan, atau duduk kasus siswa yang perlu menerima layanan pemberian bimbingan atau konseling.

3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual


a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal)


Yang dimaksud dengan penilaian ini ialah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi mencar ilmu siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan mempunyai pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara kasatmata dan konstruktif.

b. Individual or Small-Group Advicement


Konselor menunjukkan nasihat kepada siswa untuk memakai atau memanfaatkan hasil penilaian ihwal dirinya, atau isu ihwal pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk

  • merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya;
  • melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan
  • mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Strategi untuk Dukungan Sistem


a. Pengembangan Professional


Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, menyerupai seminar dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke kegiatan yang lebih tinggi (Pascasarjana).

b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi


Konselor perlu melaksanakan konsultasi dan kerja sama dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik ihwal layanan pemberian yang telah diberikannya kepada para siswa, membuat lingkungan sekolah yang aman bagi perkembangan siswa, melaksanakan referal, serta meningkatkan kualitas kegiatan bimbingan dan konseling.

Dengan kata lain taktik ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini menyerupai dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, menyerupai ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para jago dalam bidang tertentu yang terkait, menyerupai psikolog, psikiater, dokter, dan orang bau tanah siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

No comments:

Post a Comment