Tuesday, 16 March 2021

Lebih Arif Tidak Perlu Curang, Lulus Unas Lebih Simpel - Bsnp Kaji Denah Gres Kriteria Kelulusan Unas 2015

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya mencegah potensi kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (unas) Sekolah Menengah Pertama dan SMA. Caranya ialah dengan mempermudah potensi kelulusan siswa. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sekarang sedang mengkaji kriteria gres kelulusan unas 2015.

Anggota BSNP Teuku Ramli Zakaria menjelaskan, hukum gres perihal kriteria kelulusan unas 2015 (tahun pelajaran 2014/2015) ditetapkan dalam Permendikbud 44/2014."Permendikbud ini dikeluarkan di masa Pak Nuh (13 Oktober 2014, red)," katanya di Jakarta kemarin.

Setelah kajian di internal BSNP itu tuntas, akan dibawa ke Mendikbud Anies Baswedan. Rencananya pekan depan mereka akan menghadap RI-26 (Kode Mendikbud). Selanjutnya akan ditetapkan apakah kajian dari BSNP itu disahkan untuk contoh kelulusan unas 2015 nanti. Dia menyampaikan hingga kemarin belum mendapat kepastian apakah unas 2015 diselenggarakan ibarat apa.

Ramli menjelaskan ada satu perbedaan mencolok antara unas 2015 dengan unas 2014. Yaitu pembobotan atau porsi evaluasi antara hasil unas murni dengan nilai sekolah. Tahun ini pembobotannya ialah nilai unas murni 60 persen, sedangkan nilai sekolah 40 persen.

"Persentase 60:40 itu direvisi untuk unas 2015," tutur Ramli. Dia menjelaskan persentase yang gres ialah bobot nilai unas murni 50 persen dan nilai sekolah juga 50 persen. Sedangkan untuk pemobotan nilai sekolah, Ramli menyampaikan tidak ada perbedaan dengan unas tahun ini. Yakni bobot nilai rapor sebesar 70 persen, kemudian nilai ujian sekolah sebesar 30 persen.

Lalu untuk nilai minimal kelulusan siswa tidak ada yang dikoreksi. Ramli menyampaikan nilai minimal kelulusan untuk setiap mata pelajaran yang diujikan ialah 4,00. Kriteria berikutnya ialah rata-rata minimal dari semua mata pelajaran yang diujikan ialah 5,50.

Menurut Ramli porsi yang sama besar antara nilai unas murni dengan nilai sekolah menciptakan siswa tidak terlalu terbebani ketika mengejarkan soal unas. "Sehingga siswa tidak perlu curang. Sebab unas bukan penentu kelulusan," paparnya.

Dia mencotohkan seorang siswa mendapat nilai ujian murni 2 dan nilai sekolah 7. Kedua nilai itu lantas dijumlah, sehingga ketemu nilai 9. Nilai penjumlahan itu kemudian dibagi dua, sehingga skor selesai siswa ialah 4,5. "Dengan skor 4,5 itu, berarti memenuhi kriteria angka minila kelulusan (4,0)," terang Ramli.

Kepala SMAN 76 DKI Jakarta Retno Listyarti tetap menolak pelaksanaan unas sebagai penentu kelulusan. Meskipun bobot nilai murni unas sebagai komponen kelulusan dikepras menjadi 50 persen, ia menyampaikan masih ada campur tangan pemerintah pusat.

"Saya masih beropini unas cukup dijadikan sebagai alat pemetaan. Bukan sebagai alat kelulusan," tandas wanita yang juga pelopor pendidikan itu. (wan)


No comments:

Post a Comment